Thursday, 24 January 2013

love of siam


Akhir-akhir ini, saya jadi keranjingan film Thailand. Entah dapat ilham dari mana, setelah dapat satu copy film drama Thailand dari seorang kawan, saya jadi doyan unduh film-film dari Negeri Gajah itu. Alhasil, dalam dua hari ini, empat film drama Thailand yang saya unduh sukses membuat saya puas menghabiskan weekend di kosan :) Dan, semua film yang bertema drama itu sama sekali tidak mengecewakan, malah bikin saya tambah semangat buat dapat film-film lain (except horor, tentunya!). Keempat film itu berjudul The Love of Siam,Crazy Little Thing Called LoveFriendship, dan Suckseed.
Tanpa bermaksud me-review film yang sudah basi (wongreview-nya bakalan melimpah di Ustad Google), saya pengen mengulas satu demi satu film yang saya tonton. Bagi yang sudah nonton, silakan diskusi. Bagi yang belum, silakan jadi referensi. Tapi, saya mau coba nulis tentang film drama pertama yang jawara bikin penontonnya galay alias galau bin lebay :D Yaitu, The Love of Siam. Awal nonton film ini, saya cukup kaget! Karena di dalam film ini ada kisah cinta yang gak biasa, yaitu cinta sesama pria! Wow, jangan dulu lari atau ambil tindakan, apalagi main rusuh. Dengan alurnya yang berjalan apik dan juga konflik-konflik lain yang saling mendukung, saya pikir tema utama film ini adalah masalah keluarga, yang menyebabkan dua anak remaja bergalau ria mencari jati diri mereka.
Sinopsis
Film drama romantis lawas (rilis 2007) ini bercerita tentang kisah Tong (Mario Maurer) dan Mew (Witwisit Hiranyawongkul), dua remaja SMA yang sempat bersahabat dekat saat menjadi tetangga waktu masih kecil (SD). Persahabatan kedua bocah bermula saat Tong menyelamatkan Mew di toilet sekolah. Saat itu, Mew, si pianis cilik yang pendiam dan gak suka gaul, di-bully teman-temannya. Saat itulah, Tong yang rela berdarah-darah demi menyelematkan Mew selalu berusaha melindungi tetangganya itu.
Namun, persahabatan mereka terpisah saat Tong kehilangan kakak satu-satunya, Tang, yang tersesat saat mendaki gunung di Chiangmai. Keluarga Tong memutuskan untuk pindah rumah dan mengubur semua kenangan pahit mereka di rumah lama. Hal itu juga yang mengantarkan ayah Tong jadi seorang pemabuk sekaligus pengangguran. Sepindahnya Tong, Mew jadi dekat dengan Ying (Kanya Rattanapetch), bocah perempuan yang menempati rumah Tong.
Setelah beranjak dewasa dan duduk di SMA, Mew jadi seorang vokalis di August Band. Kini, ia tinggal sendiri setelah sang nenek meninggal. Tanpa sengaja, Mew bertemu kembali dengan Tong saat Tong hendak membeli CD August Band. Mereka pun kembali dekat. Saat itu, beragam masalah melanda Tong. Ibunya yang seorang dosen, sangat protektif terhadapnya. Belum lagi, pertengkaran antara ayah-ibunya, serta ayahnya yang semakin lama semakin sakit-sakitan karena kecanduan alkohol. Hal itulah yang membuat pacar Tong, Donut (Aticha Pongsilpipat) selalu mempertanyakan sikap dingin Tong.
Keluarga Tong berangsur membaik saat Mew mengenalkan June (Chermarn Boonyasak) kepada keluarga Tong. Kehadiran June yang sangat mirip dengan Tang, membuat keluarga itu lebih hangat. Meski pada akhirnya, June pun terpaksa harus pergi mengejar cita-citanya, setelah ia dipecat dari manajemen August Band karena dianggap tak becus mengurus band tersebut. Saat itu, August Band pun dilanda konflik saat Mew tidak terima dengan perlakuan temannya yang menyudutkannya dan seolah menganggapnya gay.
Di saat keluarga Tong kembali hangat, justru tidak sebaliknya dengan Mew. Ibu Tong melarangnya untuk menemui Tong setelah ia melihatnya berciuman dengan Tong di pesta keluarga! Ying yang tergila-gila pada Mew, harus terpukul saat menguping pembicaraan Mew dan ibu Tong. Konflik kembali muncul saat Tong menuduh Ying menyebarkan kabar bahwa ia adalah gay kepada teman-teman sekolahnya. Namun, setelah konflik itu, justru Ying menjadi dekat dengan Tong dan berusaha mendekatkan kembali Tong dan Mew yang terpisah karena ibu Tong melarangnya.
Akhirnya, setelah mengalami sekian banyak konflik, Mew kembali ke August Band. Tong pun mulai menyadari keinginan sang ibu bahwa hubungannya dengan Mew adalah sesuatu yang tidak perlu terjadi, meskipun ibunya tampak melunak dengan pilihan Tong (dilukiskan secara metaforis saat ibunya membiarkan Tong memilih boneka pria untuk aksesoris natal). Namun demikian, akhirnya Tong menyadari bahwa ia tak pernah mungkin jadi pacar Mew.
Sejenak ambil tissu dan sediakan mocca hangat :)
The Love of Siam berdurasi sangaaat panjang untuk ukuran film. Ada dua versi film ini yang dapat diunduh, yaitu versi director’s cut dan versi komersil. Tentu versi director’s cut lebih lengkap tanpa potongan, jadi lebih terasa hidup dan lengkap. Seperti yang saya ungkap di awal, saya lebih senang menyebutnya film keluarga, karena begitu peliknya masalah di keluarga Tong. Itu juga yang membuat saya menikmati film ini tanpa harus terganggu adegan-adegan frontal (baca: buka-bukaan) untuk menghiasi kisah cinta Mew dan Tong yang gak lazim. Meskipun ada satu adegan yang cukup annoying, yaitu ciuman bibir antara Mew dan Tong.
Film ini memberi gambaran jelas, mengapa seorang anak remaja bisa terjatuh pada pilihan yang tidak dikehendaki orangtua. Mew yang terbiasa dengan kesendiriannya dan juga sifatnya yang introvert. Sedangkan Tong yang terjebak dalam konflik dingin keluarganya sendiri, hingga ia menemukan kembali “senyum” saat menemui sahabat lamanya. Belum lagi ketegaran ibu Tong menghadapi suaminya yang berubah 180 derajat setelah ditinggal Tang.
Film ini juga menyisakan dialog-dialog yang sayang untuk dilewatkan. Banyak hal yang saya pelajari dari karakter-karakter dalam film ini. Selain itu, kehadiran August Band benar-benar menghidupkan film ini dengan lagu-lagunya yang sendu nan melankolis, benar-benar membuat film ini sukses membuat galau penontonnya :D
Ungkapan favorit
“Jika kita bisa sangat mencintai seseorang, bagaimana kita bisa menerima bahwa suatu hari nanti kita akan berpisah? Dan jika terpisah adalah bagian dari hidup dan kita tahu betul rasanya ditinggalkan, apakah mungkin kita mencintai seseorang dan tidak takut akan kehilangannya?” (Mew)

No comments:

Post a Comment